Selama beberapa minggu ini aku terganggu dengan pola pikir yang berbeda antara aku dan abang dalam menyikapi rumah tangga kami nantinya. Bahkan dalam persiapan pernikahan. Memang, tidak selalu aku yang benar. Abang juga mengkritik pikiranku yang akhirnya aku akui tidak benar. Misalnya tentang biaya pernikahan. Sungguh, sebagai anak, aku merasa sangat berhutang budi kepada orang tua. Sampai saat ini aku belum bisa memberikan kesenangan bagi mereka. Secara materi, aku tidak bisa memberi mereka sedikitpun. Paling aku coba untuk membantu adik bila mereka sedang betul2 tidak punya uang. Sebagai anak, aku bisa merasakan keinginan dan harapan mereka yang tidak terucapkan oleh papa dan mama dari anak-anaknya. Aku tahu, Mereka ingin merasakan penghasilan anaknya untuk kesenangan mereka. Dan sungguh, aku ingin sekali menyenangkan mereka sebelum menikah. Tapi hal itu sampai umurku yang sekarang sepertinya tidak bisa aku usahakan. Dan sampai sekarang saat kami mau menikah, haruskah papa dan mama yang membiayai pernikahan kami?
Memang, pelaksanaan adat adalah keinginan mereka sebagai orang tua, dan itu sebenarnya tidak kami kehendaki karena keterbatasan biaya. Tapi kemudian mama berkorban lagi, dan mau menanggung biaya pernikahan ini dan hanya meminta aku menyiapkan hati memasuki rumah tangga. Aku menjerit.... Tuhan... sampai kapan aku harus menyusahkan orang tuaku? Tidak bisakah aku menyenangkan hati mereka dengan mengadakan pesta adat dengan biaya dari kami? Sampai saat ini, aku akui tidak bisa. Bisa sebenarnya, dengan pesta yang tidak perlu banyak orang. Tapi pp dan mm tidak mampu mengurangi undangan karena merasa semua adalah teman dekat, teman seperjuangan mereka di tanah perantauan. Apa boleh buat, aku menyerah..............tapi sampai sekarang aku masih belum bisa terima keadaanku, yang menurutku sangat malang dan tidak berdaya. Aku tahu kondisi orang tuaku, tidak ada yang bisa memahami mereka, walaupun aku sudah cerita pada abang, dia tidak bisa memahami perasaanku dan keinginan hatiku. Tapi aku toh harus menerima keadaan. Seperti kata abang, seberapa pun yang kita punya, harus bersyukur sama Tuhan. Tuhan, kalau boleh, ijinkan eva menyenangkan hati orang tua eva, setelah beribu kali eva menyusahkan mereka, dengan sikap eva, dengan perkataan eva, dengan ketidak-mampuan eva. I beg You, Lord... I'm crying for Your help.... =============== Evarosarina Pinem Policy and Procedure Staff | TST | World Vision Indonesia Phone: 6221-31927467 ext 252 Fax: 6221-3107846 www.wvi.org |