Thursday, November 24, 2005
Perbedaan 1


Selama beberapa minggu ini aku terganggu dengan pola pikir yang berbeda
antara aku dan abang dalam menyikapi rumah tangga kami nantinya.
Bahkan dalam persiapan pernikahan.
Memang, tidak selalu aku yang benar. Abang juga mengkritik pikiranku yang
akhirnya aku akui tidak benar.
Misalnya tentang biaya pernikahan. Sungguh, sebagai anak, aku merasa sangat
berhutang budi kepada orang tua. Sampai saat ini aku belum bisa memberikan
kesenangan bagi mereka. Secara materi, aku tidak bisa memberi mereka
sedikitpun. Paling aku coba untuk membantu adik bila mereka sedang betul2
tidak punya uang. Sebagai anak, aku bisa merasakan keinginan dan harapan
mereka yang tidak terucapkan oleh papa dan mama dari anak-anaknya. Aku
tahu, Mereka ingin merasakan penghasilan anaknya untuk kesenangan mereka.
Dan sungguh, aku ingin sekali menyenangkan mereka sebelum menikah. Tapi hal
itu sampai umurku yang sekarang sepertinya tidak bisa aku usahakan.
Dan sampai sekarang saat kami mau menikah, haruskah papa dan mama yang
membiayai pernikahan kami?

Memang, pelaksanaan adat adalah keinginan mereka sebagai orang tua, dan itu
sebenarnya tidak kami kehendaki karena keterbatasan biaya. Tapi kemudian
mama berkorban lagi, dan mau menanggung biaya pernikahan ini dan hanya
meminta aku menyiapkan hati memasuki rumah tangga.

Aku menjerit.... Tuhan... sampai kapan aku harus menyusahkan orang tuaku?
Tidak bisakah aku menyenangkan hati mereka dengan mengadakan pesta adat
dengan biaya dari kami?

Sampai saat ini, aku akui tidak bisa. Bisa sebenarnya, dengan pesta yang
tidak perlu banyak orang. Tapi pp dan mm tidak mampu mengurangi undangan
karena merasa semua adalah teman dekat, teman seperjuangan mereka di tanah
perantauan.
Apa boleh buat, aku menyerah..............tapi sampai sekarang aku masih
belum bisa terima keadaanku, yang menurutku sangat malang dan tidak
berdaya.

Aku tahu kondisi orang tuaku, tidak ada yang bisa memahami mereka,
walaupun aku sudah cerita pada abang, dia tidak bisa memahami perasaanku
dan keinginan hatiku. Tapi aku toh harus menerima keadaan.

Seperti kata abang, seberapa pun yang kita punya, harus bersyukur sama
Tuhan.

Tuhan, kalau boleh, ijinkan eva menyenangkan hati orang tua eva, setelah
beribu kali eva menyusahkan mereka, dengan sikap eva, dengan perkataan eva,
dengan ketidak-mampuan eva. I beg You, Lord... I'm crying for Your help....

===============
Evarosarina Pinem
Policy and Procedure Staff | TST | World Vision Indonesia
Phone: 6221-31927467 ext 252 Fax: 6221-3107846
www.wvi.org

posted by Eve @ 3:17 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Eve
Home: Jakarta, Indonesia
About Me: A melancholic - choleric girl. Very moody. I hate this:) but I love the ones that have been very good to me: Abang, My baby Mathias, My ortu, Een, Imel, Ita, all my family, my grandma, my friends... so many-many person God gave to me to remind me that He cares for me.
See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.

Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER

SITE STATS