Satu lagi perbedaan yang membuatku tidak bisa tidur berhari-hari.
Tentang tempat tinggal setelah menikah. Abang, dengan pemikirannya yang cukup sering berubah, membuat aku ketakutan. Sebelumnya, aku minta maaf kalau abang membaca blog ini. I just try to be honest with myself. Setelah bilang kami akan cari kontrakan (yang dalam pemikiran eva berarti termasuk kos) karena rumah mereka sangat sempit, hari minggu kemarin kembali mengajukan option untuk tinggal di rumah orang tuanya sampai kami punya uang untuk membeli rumah. Bagaimana ini? Alasannya karena orang tua abang akan membangun rumah bagi mereka sendiri di tempat lain yang lebih besar. Dan mereka meminta kami untuk tinggal di rumah yang sekarang. Mereka akan pindah setelah rumah itu selesai. Berbagai pertanyaan terlintas di kepala, yang tidak satupun bisa aku jawab: Sampai berapa lama kami harus menumpang di rumah tangga orang tua abang? Bagaimana eva nanti menyikapi perbedaan budaya hidup dengan orang tuanya? Dengan abang aja eva akan kesulitan, belum lagi ditambah dengan orang tuanya? Bagaimana nanti eva bisa ngomong bebas dengan abang, karena kami berdua bekerja, dan waktu untuk ngobrol, bercanda berdua hanya waktu pulang kerja? Bagaimana eva bisa mengungkapkan uneg-uneg eva ttg hal apa saja kalau nanti waktu pulang kerja melihat ppnya sedang marah2? Walaupun bukan marah sama eva? Bagaimana eva bisa sharing memikirkan orang tuanya di tengah pikiran lainnya, apakah eva masih sempat memikirkan orang tua eva juga nantinya? Bagaimana kalau di tengah kami sedang ngobrol ataupun pengen berdua saja tiba-tiba pp nya minta tolong benerin komputer seperti biasa? Apakah abang akan diberikan kesempatan oleh orang tuanya untuk berperan sebagai kepala keluarga bagi kami? Ataukah abang akan terus diperlakukan sebagai anak kesayangan? Bagaimana kalau eva membuat kesalahan di rumah mereka? Seperti apa eva akan di marahi? They will surely never get angry to their son. Apakah benar dengan tinggal di rumah orang tuanya kami bisa menabung? Bukankah tinggal di rumah orang tua berarti harus sharing pengeluaran rumah tangga? Bukankah itu sama saja dengan biaya mengontrak rumah? Di mana logikanya? Somebody............ please give me any idea about positive things in living with parents-in law???? =============== Evarosarina Pinem Policy and Procedure Staff | TST | World Vision Indonesia Phone: 6221-31927467 ext 252 Fax: 6221-3107846 www.wvi.org |